Home Travel Places Banda Neira: Permata di Timur Indonesia

Banda Neira: Permata di Timur Indonesia

4271
0

Sejak ratusan tahun lalu, Banda Neira, salah satu pulau di Kepulauan Banda telah memanjakan para wisatawan dengan keindahan dan kekayaan alam bawah lautnya. Di bawah laut, ribuan spesies ikan laut berenang lincah melewati sela-sela terumbu karang dengan aneka rupa. Mereka bergerak bebas, seolah tak peduli akan keberadaan penyelam dan kapal-kapal yang lalu lalang.

Keindahan taman laut dan keanekaragaman flora dan fauna di dalamnya memang menjadi daya tarik utama salah satu pulau favorit di tanah Maluku ini. Bahkan, Banda Neira pernah dinobatkan sebagai Kawasan Warisan Dunia untuk surga bawah laut dunia, sejajar dengan Wakatobi atau Raja Ampat. Karenanya, pulau ini lebih dikenal oleh dunia internasional yang menggilai diving dibanding orang Indonesia sendiri. Ironis?

Para penyelam kelas dunia mengakui eksotisme Banda Neira sebagai salah satu dive spot terbaik di dunia. Jarak pandang penyelaman yang mencapai 40 meter membuatnya menyandang predikat tersebut. Selain itu, tahun 2008 National Geographic membuktikan bahwa Banda Naira memang memiliki pesona biota alam bawah laut yang tak akan bisa ditemukan di tempat lain.

Salah satu penghuni khas akuarium alam di Banda Neira adalah ikan Mandarin yang memiliki keindahan di seluruh sisik tubuhnya. Pada sore hari, penyelam dapat bertemu dengan ribuan ikan mandarin yang bergerak seirama untuk mencari makan, atau sekedar berjalan-jalan di habitatnya. Di perairan yang sedikit dalam, terlihat spesies ikan Hiu Martil, Napoleon, Barakuda, Pari Timur, dan ratusan spesies ikan unik yang siap menyambut para penyelam dengan keramahan khas laut Banda.

Kedahsyatan panorama laut Banda juga tak lepas dari letusan Gunung Api Banda. Letusan tersebut membuat pertumbuhan terumbu karangnya menjadi yang paling cepat di dunia. Hanya dalam sepuluh tahun, terumbu karang berwarna-warni tumbuh subur dan menopang ekosistem laut Banda yang kaya raya.

Laut Banda yang dalam telah menarik perhatian dunia internasional sejak lama. Beberapa kapal pesiar dunia dari berbagai penjuru telah berlabuh di laut ini untuk menyaksikan keajaiban secuil alam Indonesia. Seringkali, sekawanan lumba-lumba melakukan atraksi khasnya dengan anggung di sisi kapal, seolah merepresentasikan wajah Maluku yang merupakan mutiara di timur Indonesia.

Tidak hanya wisata baharinya, wisata sejarah di Banda Neira juga sanggup menyihir banyak wisatawan untuk terus kembali ke sini. Salah satu jejak keberadaan bangsa Eropa yang masih berdiri megah di Banda Neira antara lain benteng Nassau dan Belgica yang cukup dikenal dalam sejarah. Benteng pertahanan peninggalan Belanda ini masih menyimpan meriam tua di bagian atas bagunannya. Dari atas bangunan benteng akan terlihat hamparan panorama laut dan gunung-gunung yang sangat menakjubkan.

Selain sebagai saksi bisu rakusnya para penjajah yang terbius limpahan rempah Maluku, bangunan-bangunan kuno di Banda Naira juga menjadi simbol perjuangan rakyat Banda yang berjuang mempertahankan legitimasi negara ini. Para patriot tanah air seperti Cipto Mangunkusumo, Bung Hatta, sampai Sutan Sjahrir pernah menjadi cerita sejarah di Banda Neira. Di pulau pengasingan ini, mereka berkarya dengan mengajar penduduk local sambil mempersiapkan langkah-langkah merebut kemerdekaan.

Kini, bekas rumah tahanan Sutan Sjahrir dijadikan museum Bung Sjahrir. Di dalamnya, terpampang deretan foto-foto perjuangan masa kolonial. Di tengah ruangan, ada sebuah gramofon tua yang terlihat lelah memutar musik klasik favorit Sutan Sjahrir di masa lalu. Sementara, di bekas rumah Bung Hatta, tergantung setelan jas yang pernah ia pakai saat menandatangani Konferensi Meja Bundar tahun 1949. Di satu sudut rumah, tampak sebuah gentong penampung air hujan yang dipercaya menjadi sumber air minum Bung Hatta selama masa pengasingan.

Banda Neira, itulah keindahan dan napak tilas sejarahnya. Keragaman tanah Maluku rupanya tidak habis sebatas lautan dan pulau saja. Ada beberapa hasil alam dan cita rasa kuliner yang patut dicoba saat menyambangi Banda Neira di antaranya adalah mutiara Ambon, Papeda, ikan Colo-colo, dan Rujak Natsepa.

 

 

Sumber:

disunting dari: talkmen.com