Lebih dari 200 anjing disekap dalam kandang besi oleh pengelola rumah lelang di Korea Selatan. Anjing-anjing itu dijual untuk dimakan oleh peserta lelang. Keberadaan rumah lelang ini diungkap aktivis penyayang binatang yang menyamar sebagai calon pembeli, disinyalir menjadi lokasi penjualan daging anjing terbesar Negeri Ginseng.
Organisasi Lady Freethinker mengirim anggotanya untuk terlibat lelang di Nakwon, Kota Namyangju, tiga bulan lalu. Sang aktivis kemudian merekam kondisi anjing-anjing dalam kandang. Bisa dibilang rumah lelang Nakwon sudah masuk kategori peternakan daging anjing untuk konsumsi manusia.
Dalam video yang disebar di YouTube, anjing-anjing itu stres dan tidak leluasa bergerak. Sejak lahir, mereka disiapkan untuk konsumsi. Jika terlalu ribut, penjaga kandang akan menyodok anjing-anjing tersebut pakai tongkat besi, seperti dilaporkan Lady Freethinker.
Tidak semua anjing dijual untuk makanan manusia. Rata-rata yang dimakan berusia satu tahun lebih. Sementara anjing yang sudah berumur dilelang untuk menjadi breeder. Dari penelusuran Lady Freethinkers, rumah lelang Nakwon sanggup menjual lebih dari 200 anjing dalam hitungan jam saja.
Masyarakat Korsel, seperti beberapa kawasan di Asia lainnya, punya tradisi mengonsumsi anjing. Permintaan terhadap daging anjing biasanya meningkat sepanjang Juli hingga Agustus, ketika negara itu memasuki musim panas.
Banyak keluarga membuat kuliner anjing di satu hari khusus pada musim panas, alasannya daging anjing bisa membantu mereka menghadapi terik matahari. Selain itu, generasi tua di Korsel masih mempercayai kalau daging anjing bisa meningkatkan gairah seksual lelaki.
Namun popularitas konsumsi daging anjing semakin menurun di Korsel. Kampanye aktivis penyayang binatang menunjukkan hasil. Selain itu makin banyak anak muda Korsel yang menolak penyiksaan binatang, mengingat anjing biasanya dipukuli sampai mati sebelum disembelih, agar rasanya “lezat”. Merujuk survei dari Gallup pada 2018, sebanyak 70 persen responden di Korsel tidak mau lagi makan anjing.
Bukan cuma aktivis internasional yang berusaha memerangi praktik makan anjing di Korsel. Penyayang binatang dalam negeri pun membentuk organisasi, bernama Korean Animal Rights Activists (KARA), yang gencar menguak penjualan daging anjing. Dari data KARA, tiap tahun sekitar 1 ton daging anjing masih dikonsumsi di Korsel.
Kendati kesadaran agar tidak makan anjing meningkat, namun pemerintah Korsel masih enggan melarang penjualan daging anjing. Lobi-lobi penyayang binatang sejauh ini baru berhasil memaksa pemerintah agar menutup peternakan daging anjing memakai aturan kebersihan dan perlindungan binatang.
Dua tahun lalu, anggota Partai Demokrat Korea sempat mengusulkan amandemen UU, agar kucing dan anjing masuk daftar hewan yang tidak boleh dikonsumsi serta diperjualbelikan dagingnya. Namun usulan itu gagal lolos di parlemen, seperti dilaporkan The Korea Times.
Karena kondisi masih abu-abu, beberapa organisasi penyayang binatang bergerak sendiri menutup peternakan daging anjing. Kelompok Humane Society International (HIS) membebaskan anjing dari peternakan di seantero Korsel. Sejak 2015, kelompok ini telah membebaskan lebih dari 2.000 anjing, dan memaksa 16 pusat penjualan daging anjing tutup.