Tse Chi Lop, salah satu buronan internasional yang dicari interpol, akhirnya dibekuk aparat. Lelaki 57 tahun yang kerap dijuluki “El Chapo-nya Asia” itu dicokok polisi Kota Amsterdam, Belanda, pada 22 Januari 2021.
Lelaki merupakan ketua dari sindikat pengedar narkoba lintas negara bernama “Sam Gor”. Bisnis sindikat ini amat luas, mencakup Asia Pasifik. Mayoritas pasokan heroin di negara-negara Asia berasal dari Sam Gor. Tse sendiri adalah warga negara Kanada berdarah Tiongkok, yang memiliki koneksi dengan pengedar skala menengah di Australia, Jepang, hingga Filipina. Kantor berita Reuters dalam laporan yang terbit pada 2019, menjulukinya “buronan paling dicari di seantero Asia”.
Sam Gor, yang bila diterjemahkan artinya “perusahaan besar”, ditaksir aparat menguasai 70 persen pangsa pasar narkoba di Australia dan Selandia Baru. Produk mereka mencakup heroin, sabu-sabu, hingga ketamin. Selama puluhan tahun, gerak-gerik Sam Gor sebetulnya sudah terpantau aparat lintas negara. Namun Tse sebagai ketua amat licin, sehingga selalu gagal tertangkap.
Petualangan Tse berakhir di Amsterdam, ketika polisi di Bandara Schiphol mengenali wajahnya, lalu bergegas menangkap sang bandar besar sebelum dia sempat masuk pesawat menuju Kanada. Informasi Tse sedang berada di Belanda berasal dari info yang dikirim intel beberapa kepolisian Asia.
Operasi penangkapan Tse ternyata sudah direncanakan selama setahun penuh. Australia memimpin operasi ini, karena berencana mengekstradisi Tse ke negara mereka untuk diadili. Operasi ini berjuluk “Volante”, melibatkan aparat dari Malaysia, Australia, Hong Kong, Vietnam, dan Myanmar.
“Selain memasukkan narkoba secara ilegal ke berbagai negara, kelompok yang dipimpin [Tse] diduga terlibat pencucian uang melalui pembelian properti mewah dari hasil kerja organisasi kriminalnya,” demikian keterangan tertulis dari Kepolisian Australia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak lama memasukkan nama Tse dan Sam Gor dalam daftar organisasi kriminal berbahaya. Hasil penjualan narkoba di kawasan Asia Pasifik yang dilakukan organisasi itu diperkirakan mencapai US$17 miliar per tahun.
Menurut interpol, organisasi yang dipimpin Tse tidak menjalankan bisnis narkoba layaknya kartel-kartel Amerika Latin, yang kerap memakai kekerasan dan mencoba menjalankan proses produksi sampai distribusi sendiri. Kelompok seperti Sam Gor beroperasi layaknya perusahaan distributor, dan peran Tse adalah “CEO”. Adapun bila butuh tenaga untuk “berperang” dengan sindikat lain, Sam Gor akan meminta bantuan organisasi kriminal Triad, yang punya massa cukup besar di Hong Kong dan Tiongkok.
“Tse Chi Lop mungkin kurang dikenal publik karena organisasinya jarang sekali terlibat kekerasan. Tapi soal skala bisnis narkobanya, dia jelas selevel dengan Pablo Escobar atau Joaqin ‘El Chapo’ Guzman,” kata Jeremy Douglas, Direktur Kajian Narkoba dan Kriminalitas PBB untuk Asia Pasifik. “Saya pikir, tidak berlebihan bila dia dianggap bos besar peredaran narkoba di tataran global.”
Berbeda dari Escobar, yang sering disorot media bahkan sempat hendak menjadi politikus di Kolombia, Tse betul-betul menutup diri. Tse menurut laporan intelijen hidup relatif sederhana, untuk ukuran petinggi organisasi kriminal multinasional. Meski begitu, dia seringkali ke mana-mana selalu ditemani minimal lima pengawal.
Plus, ada momen-momen Tse tidak ragu menghabiskan uang, seperti ketika menyewa satu kawasan resor dan seluruh hotelnya untuk merayakan ultah keluarganya. Begitu juga ketika dia mempertaruhkan duit setara US$66 juta di meja judi Makau.
Follow Gavin di Twitter