Deretan penghargaan, foto bareng musisi, sampai lukisan cat air dan sketsa pensil terpampang apik di sudut tembok ruang kerjanya. Semua itu jadi petunjuk kalau arek Suroboyo satu ini punya banyak talenta mumpuni.
Namanya Doddy Hernanto. Ia tenar sebagai eks pemimpin redaksi Hot Chord, majalah fenomenal yang di tahun 2000-an seolah sudah jadi kitab sakti pemain gitar amatir. Nyambung dengan itu, karisma pria kelahiran tahun 1961 ini memang rockstar. Dan btw ia orang yang memperkenalkan di Indonesia teknik bermain gitar dengan satu jari atau biasa disebut dengan open tuning.
Sebagian generasi 2000an mengenal Hot Chord sebagai majalah legendaris. Di era sebelum internet mudah diakses, anak muda mencari contekan kunci gitar lagu-lagu yang sedang tren di Hot Chord. Saat itu bahkan nongkrong terasa kurang lengkap tanpa genjrang-genjreng ditemani majalah berukuran kecil ini.
Membeli Hot Chord memang pilihan masuk akal ketika informasi musik kala itu masih terbatas. Apalagi isinya bukan kunci gitar semata. Majalah ini juga memuat ulasan band hingga wawancara proses kreatif dengan musisi pilihan.
Soal Doddy, sebelum memimpin majalah musik ini, aslinya ia guru matematika dan mentor kursus alat musik di SMA Katolik Stella Maris, Surabaya. Sebagai mantan guru tapi juga orang musik, kadang saat bertemu mantan murid ia disapa seperti ini, “Pak Doddy! Aku muridmu. Sik inget gak? Sampean kok sek ketok awet enom. Rambut yo sek gondrong!” bahasa Jawa Surabayaan itu artinya, ‘Masih inget aku enggak? Situ kok masih kelihatan awet muda aja. Rambut juga masih gondrong!’
“Sebetulnya dulu cita-citanya mau jadi arsitek. Menggambar, tapi pakai perhitungan,” kata Doddy saat VICE main ke rumahnya di Surabaya.
Cita-cita itu bablas karena Doddy kelewat getol mengulik alat musik. Soal musik, doi emang serius. Salah satu pencapaiannya sebagai anak band yakni pernah direkrut sebagai keyboardist pengganti saat band rock Surabaya Boomerang tur ke 26 kota Indonesia pada tahun 2000.
Doddy memang cinta musik. Semua alat musik sudah ia pelajari, namun khusus gitar sudah lebih dulu mencuri perhatiannya sejak masih kelas 5 SD. Alat musik ini tetap jadi pilihan Doddy sampai sekarang. Alat musik petik ini juga yang mengantarkan Doddy jadi pemred Hot Chord.
Majalah chord gitar yang populer karena murah
Kisah ia banting setir dari guru Matematika menjadi awak majalah musik terjadi pada 2008 ketika Doddy ditawari seorang teman.
“Sampean mau gak kerja bareng Pak Hefni?” tanya si teman.
Hefni adalah direktur utama CV Wujud Utama Mandiri, perusahaan yang menerbitkan Hot Chord pada tahun itu. Majalah ini sebenarnya dimulai pada 2000 di Malang dengan distribusi terbatas di Jateng dan Jatim. Di 2008, Hefni mengakuisisinya dan memboyong Hot Chord ke Surabaya. Penerbitannya digabung News Ponsel Group, grup milik Hefni yang merilis tabloid News Ponsel.
Doddy membuat keputusan nekat dengan menerima tawaran itu. Pasalnya menjalani hobi sebagai karier sudah lama ia dambakan. Pikirnya saat itu. Ia pun berhenti menjadi guru matematika.
“Toh, selama menjadi pemred Hot Chord juga masih aktif dengan kegiatan klinik gitar yang diadakan di beberapa sekolahan,” kata Doddy.
Di bawah naungan Hefni, manajemen lama dirombak hingga berhasil membuat tampilan Hot Chord lebih segar sekaligus distribusinya meluas ke seluruh kota di Indonesia.
Arena kompetisi majalah musik era 2000-an sebenarnya tak mudah. Nama besar seperti Trax, Hai, dan Rolling Stone justru sedang di puncak-puncaknya. Mereka punya rubrik lebih lengkap dan tampilan jauh lebih keren. Tapi akibatnya harga jual juga jauh lebih mahal. Di sinilah Hot Chord mengambil posisi bermain di lini panduan kunci gitar. Lewat konten chord, majalah ini lebih menarik perhatian gitaris pemula untuk membelinya. Ragam musik yang ditawarkan variatif, mulai dari lagu top hits dalam dan luar negeri dengan genre pop sampai metal, hingga lagu-lagu Mandarin di rubrik Hot Asia.
Soal harga, ia juga jauh lebih murah. Di Pulau Jawa satu eksemplarnya dibanderol 7 ribu, kalau di luar Pulau Jawa 8 ribu. Uang segitu cukup menebus majalah 100 halaman berisi 64 chord lagu beserta berbagai info musik lainnya.
Konten utamanya memang chord gitar lagu terbaru dan populer, namun ada juga rubrik sejarah aliran musik, klinik dan tips bermain alat musik, sampai wawancara dengan musisi-musisi lokal yang sedang naik daun.
Satu hal lain yang susah dilupakan dari majalah ini adalah ukurannya yang compact, seukuran zine book alias A5 (21 x 14 cm). Ukurannya ini turut menyumbang kesan ikonik Hot Chord di benak masyarakat.
Menurut pengakuan Doddy, di masa jaya Hot Chord, oplahnya pernah menembus 100 ribu eksemplar sekali cetak. Tampaknya jika sekarang di sekitar kita muncul gitaris dengan skill dewa, sangat mungkin ada andil Hot Chord di situ.
Cetakan pertama Hot Chord besutan Doddy dan tim redaksinya terbit pada Juli 2008. Seterusnya mereka konsisten tiap bulan menerbitkan edisi baru. Kantor pusat Hot Chord berlokasi di kompleks Gunung Sari Indah Blok J No. 34, Surabaya. Lama-lama tempat itu secara tidak disengaja menjadi studio band. Ini karena cara kerja redaksi dalam menyusun chord yang mereka terbitkan, yaitu dengan dikulik sendiri.
“Sampai ada sekitar lima gitar di mejanya anak-anak redaksi waktu itu. Ada lagu baru yang potensi bakal booming langsung dipelajari chord gitarnya,” ujar Doddy. Setelah dipelajari oleh redaktur dan sekiranya sudah benar, catatan kunci gitar itu dijadikan stok terbitan.
Digilas internet
Hot Chord berupaya menjadi sarana bagi musisi muda yang mulai ngeband untuk mengetahui tanggapan publik pada lagu terbaru mereka. “Kita bisa tahu Billboard top chart bulan depan, lagu baru mana yang nanti di posisi paling atas dan mana yang akan turun,” ujar Doddy percaya diri. Petunjuknya simpel. Band atau penyanyi yang mempromosikan lagu barunya secara cepat dan menarik cenderung mengundang lebih banyak pendengar. Lagu seperti ini akan segera muncul kuncinya di Hot Chord. Tapi HC Mania, sebutan untuk penggemar majalah ini, juga sangat membantu dalam memberi info lagu-lagu bagus yang luput dipantau Hot Chord.
Doddy menyebut, kerjaan menelisik kunci gitar membuat timnya sadar akan kualitas lagu. “Kalau review album, itu satu album bisa kita bikin semua chord-nya, jadi tahu mana materi lagu yang paling matang eksekusinya,” ujar Doddy.
Masifnya internet membuat interaksi awak majalah dengan HC mania jadi lebih mudah. Lewat email, mereka bisa request langsung agar chord gitar lagu favoritnya dibuatkan di edisi selanjutnya. Internet juga membantu pengarsipan Hot Chord. Doddy secara pribadi rajin mengarsip Hot Chord sejak edisi 2008 dengan mengunggahnya di blog WordPress.
Tapi internet yang makin merakyat pulalah titik awal media cetak ini kehabisan alasan untuk dikonsumsi masyarakat. Hot Chord goyah diguncang internet. Kini band dan musisi sendiri yang menyebarkan secara langsung panduan aransemen lagunya ke kanal digital.
Kegiatan mencoret-coret chord gitar di atas itu akhirnya dipaksa kolap oleh keadaan pada Juli 2012. Ada 44 edisi yang berhasil terbit, dihitung dari 2008. Hot Chord menjadi satu dari banyak media cetak yang tergulung senjakala media cetak yang menjalar di 2010-an.
Usai Hot Chord tutup, Doddy memilih lebih serius lagi melanjutkan usaha produksi gitar yang sudah ia rintis dari 2009 dengan merek Rick Hanes. Promosinya menggaet gitaris ternama asal Bali, Balawan. Gitar Rick Hanes moncer hingga menyabet penghargaan Artist Signature Guitar of the Year tahun 2012 yang diberikan media Guitar Planet asal Inggris.
Tapi bagaimanapun Doddy di kalangan seniman dan musisi tetaplah Doddy sebagai sosok di balik suksesnya Hot Chord.
Majalah itu boleh berlalu, tapi kerja keras awaknya meninggalkan kenangan di hati HC Mania. Aku masih ingat betul fase alay anak 2000-an yang juga tercetak di rubrik ‘Konsultasi Seputar Muzik’. Gaya tulisnya nyampur-adukin angka, huruf besar-kecil, dan serba disingkat. Kzl abz! Rubrik HC Mania juga memorable. Isinya berbagai testimoni pembaca serta foto mereka dalam pose keren (pada masanya).
“Gaya tulisan dan foto profil khas tahun 2000-an, saat itu rasanya keren banget, kalau sekarang jadi pengen ketawa lihatnya,” Doddy tertawa. Gaya alay itu emang gambaran posisi Hot Chord bagi anak muda 2000an: sebuah majalah musik egaliter yang terjangkau segala kelas masyarakat.