Gelombang demonstrasi terus bergejolak di Thailand dalam dua bulan terakhir. Massa aksi yang mayoritas pelajar turun ke jalan untuk menuntut reformasi pemerintahan monarki.
Dukungan mengalir penuh dari berbagai elemen masyarakat untuk gerakan pro-demokrasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di sana.
Dari dunia fesyen, desainer Tin Tunsopon menyatakan dukungannya dengan cara lebih kreatif. Dia merombak seragam sekolah Thailand berwarna putih, hitam, biru dan cokelat tan sebagai bentuk perlawanan terhadap sikap pemerintah yang anti-perubahan.
Siswa sekolah dasar dan menengah wajib mengenakan seragam, dan akan menerima hukuman potong rambut jika berantakan. Peraturan terakhir berhasil dilonggarkan setelah pelajar menggelar demo besar-besaran.
“Saya ingin mengubah seragam lama menjadi sesuatu yang lebih kreatif, karena para pelajar sedang dalam tahap mengembangkan kreativitasnya dan menemukan jati diri mereka,” ujar sarjana desain 23 tahun itu.
Selain untuk mendukung aksi, Tin meluncurkan koleksi seragam sekolah baru “post-thesis” untuk tugas akhir kuliahnya. Dia berkolaborasi dengan Wacoal dalam koleksi ini.
Banyak pelajar berdemonstrasi sambil memakai seragam kemeja putih yang sudah penuh coretan slogan.
“Gerakan ini sangat penting karena mendorong perubahan pola pikir kuno generasi sebelumnya,” Tin memberi tahu VICE News. “Mempertahankan tradisi lama tidaklah baik bagi kita.”
“Ini bukan hanya mengubah desain seragam saja, melainkan untuk belajar menerima kenyataan bahwa setiap orang memiliki kebebasan berpakaian. Aturan semacam ini sudah tidak relevan dengan masyarakat modern,” imbuhnya.
Seragam perempuan yang baru memiliki desain kemeja putih berkerah lebar dan rok rempel asimetris berwarna biru dongker. Untuk seragam laki-laki, bentuknya berupa kemeja atau mantel putih lengan panjang dan celana pendek biru atau cokelat tan.
Sayang sekali, seragam sekolah ciptaan Tin tidak murah. Harga sepasangnya berkisar 100-500 dolar (Rp1,4-7,4 juta).