Home Uncategorized Kalian Merasa Pacar Kayak Ngajak Putus? Coba Kenali Tanda-Tandanya

Kalian Merasa Pacar Kayak Ngajak Putus? Coba Kenali Tanda-Tandanya

335
0
kalian-merasa-pacar-kayak-ngajak-putus?-coba-kenali-tanda-tandanya

Kamu sudah cukup lama berpacaran dengan pasangan. Semua terasa indah saat awal jatuh cinta. Doi super perhatian dan memanjakanmu di setiap kesempatan. Tiada hari tanpa kata-kata romantis yang bikin hati berdegup kencang. Tapi lambat laun, kamu merasa pacar mulai cuek dan terkesan dingin. Sekarang dia sekadar memberi kabar, sesekali ketemuan (itu pun kamu duluan yang mengusulkan), dan susah diajak bicara. Hubungan semakin hambar, dan seperti ada jurang pemisah di antara kalian berdua. Namun, ketika kamu mencoba bertanya apa ada yang salah, dia langsung menenangkan semuanya baik-baik saja.

Sikap pasangan bisa saja menandakan mereka sudah bosan denganmu, tapi tidak sampai hati untuk minta putus. Oleh sebab itu, pacar terlihat ogah-ogahan supaya kamu merasa tidak betah dan akhirnya mengakhiri hubungan duluan.

Di dunia kerja, ada istilah “quiet firing” untuk menggambarkan sikap atasan yang sengaja membuatmu tidak nyaman di kantor agar cepat resign. Rupanya, situasi ini juga punya sebutannya sendiri di hubungan asmara.

Quiet dumping” pertama kali disinggung oleh komedian TikTok Daniel Hentschel, tak lama setelah istilah “quiet quitting” dan “quiet firing” viral di internet. “Pasangan yang melakukan ‘quiet quitting’, atau ‘quiet dumping’, bertindak setengah hati… Mereka sudah tidak cinta, tapi tidak mau jadi orang pertama yang mengajak putus. Mereka tetap menampakkan diri, tapi tidak benar-benar ada untukmu,” tuturnya dalam sebuah video.

Psikiater Era Dutta mengungkapkan, orang terkadang memilih bertahan dalam hubungan seperti ini karena sayang jika kandas begitu saja. Akan tetapi, sikap pasangan yang kurang serius akan menimbulkan ketidakpastian, yang akhirnya membuat kamu bertanya-tanya apa sebenarnya yang telah terjadi. “Saat berada dalam hubungan yang tidak memuaskan dan pasangan melakukan quiet dumping, kamu akan bertanya-tanya siapa yang salah. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan berdampak buruk bagi kesehatan mentalmu.”

Quiet dumping berbeda dari ghosting, karena pasangan masih muncul dalam hidupmu, tapi mereka tak lagi menunjukkan keinginan untuk melanjutkan hubungan bersama kamu.

“Hubungan yang langgeng membutuhkan penerimaan dan pertumbuhan,” terang Nahid Dave, psikoterapis sekaligus psikiater di Mumbai, India. “Menjalin hubungan [romantis] awalnya selalu terasa menyenangkan [sampai akhirnya] perasaanmu menjadi lebih stabil. Ketika hal itu terjadi, kamu akan merasa jenuh dan tak sejalan dengan pasangan, yang akhirnya kamu diam-diam mengajak putus. Terkadang hal ini terjadi tanpa kamu sadari, dan kamu sendiri tidak tahu kenapa bisa seperti itu.”

Dave menambahkan, era digital semakin mempersulit kamu untuk memastikan pasangan benar-benar serius atau tidak, apalagi hubungan kini dapat terjalin tanpa harus bertatapan muka setiap hari.

Dari pengalaman Somya, 28 tahun, lulusan PhD itu diam-diam mengajak putus karena pasangan minder dengan pencapaiannya. Somya pribadi masih menyayanginya, tapi sensasi yang ia rasakan tak lagi sehebat dulu.

“Hubungan kami menjadi stagnan,” kenangnya. “Saya mulai menyesuaikan ambisiku karena yakin akan berakhir dengannya. Dia cukup suportif, tapi terkadang sifatnya membuatku merasa tercekik. Dia tidak mau jauh dariku dan rasa minder muncul [karena dia merasa tidak secerdas saya].”

Kondisi kejiwaan Somya memburuk selama lockdown Covid-19, sehingga akhirnya dia memilih untuk fokus pada dirinya sendiri. Namun, dia tidak berani mengakhiri hubungan duluan. “Tanpa sadar saya mulai melakukan quiet quitting, tapi saya semakin mengurangi waktu untuk pasangan setelah perasaanku membaik dan lebih bahagia,” ujar Somya. “Saya menjaga jarak dengan harapan dia akan bosan dan meninggalkan saya. Ternyata hubungan kami bertahan enam tahun, yang sepertinya karena kami khawatir tidak menemukan pasangan yang lebih baik. Kami membiarkan hubungan berjalan seperti itu sampai akhirnya kami benar-benar putus.”

Psikoterapis Deepak Kashyap mengingatkan, alasan seseorang melakukan quiet dumping umumnya karena mereka tidak puas dengan hubungan asmara yang mereka miliki. Sayangnya, menurut Kashyap, belakangan ini banyak orang menghindari pasangan hanya karena hubungan tidak berjalan sesuai harapan mereka yang tidak realistis. Yang namanya kehidupan, pasti ada senang maupun susah. Begitu juga saat menjalin hubungan dengan seseorang. “Tidak sehat kalau kamu terlalu pamrih dalam hubungan,” jelasnya. “Manusia pada dasarnya selalu memikirkan ‘cost-benefit’, tapi pasangan kita bukanlah produk.”

Jika kamu sadar hubungan sudah tidak cocok, akan jauh lebih baik kalau kamu membicarakannya bersama pasangan. Tidak seharusnya kamu diam saja. Selain itu, penting juga bagimu dan pasangan untuk tidak main salah-salahan. “Daripada saling menyalahkan, kamu bisa memberi tahu pasangan kalau ini masalah kalian berdua,” Dave menyarankan. “Kamu bisa menulis harapan vs kenyataan, satukan pikiranmu dengan perasaan dan fakta, lalu berintrospeksi diri kenapa hubungannya gagal. Apakah kamu punya bukti kuat telah terjadi masalah, atau itu cuma ada di bayanganmu?”

Follow Arman di Twitter dan Instagram.