Di tengah deraan cuaca panas yang membuat 2023 resmi jadi tahun tergerah dalam 173 tahun terakhir, di X muncul sebuah akun tak disangka-sangka bernama @pundingin. Akun ini langsung populer berkat pengetahuan luar biasa mendalam tentang air conditioner (AC).
Kemunculan Pundingin disambut bak “ahlinya ahli” pendingin udara. Momentumnya pas. Masyarakat sudah lama rindu informasi yang transparan dan netral tentang kebutuhan sehari-hari satu ini. Sebagai konteks, lima tahun lalu jumlah AC di dunia sudah mencapai 1,6 miliar. Diperkirakan jumlahnya akan naik 3,5 kali lipat pada 2050 mendatang.
Pundingin segera mendapat reputasi sebagai konsultan AC bagi netizen. Di antara pertanyaan yang sering datang misalnya kapan AC betulan harus isi freon. Sejak 2023, informasi Pundingin membentengi konsumen dari tipu daya teknisi AC yang mau menggelembungkan tagihan. Belakangan doi menggalang warganet membangun database teknisi AC jujur di berbagai kota Indonesia. Satpam BCA ketar-ketir melihat ini.
Efek sampingan, topik sebongkah AC ternyata bisa juga mendinginkan timeline yang 24 jam pasti ada aja tubirnya. Trivia histori AC dan panduan perawatan AC dari Pundingin membuat pengikutnya melek elektronik. Antusiasme warganet mengirim foto AC yang tampak biasa saja, ujung-ujungnya jadi thread berbobot.
Awal Oktober 2023, VICE berkesempatan menemui cowok 24 tahun ini di Bandung. Ia meminta nama aslinya tidak disebutkan untuk menjaga pembahasan AC di media sosial tetap objektif.
Pundingin mengaku sudah 20 tahun menekuni dunia AC. Fokus utamanya adalah pengarsipan AC keluaran ‘80-’90-an yang memiliki bentuk antik—ia akan semangat banget kalau menemukan yang masih berfungsi.
“AC itu bagi saya elektronik yang istimewa, karena paling sering diperhatikan, karena enggak cuma dipasang di dalam saja, tapi dipasang di luar juga, jadi bisa kita lihat secara leluasa, dan bisa diterka,” ujarnya sembari mengamati mesin AC di tembok ruko-ruko sepanjang Jalan ABC, Bandung.
Kami janjian bertemu di depan pintu masuk Log In Megastore ABC. Ia lalu mengajak VICE jalan kaki menyusuri jantung kota Bandung sepanjang trotoar ABC, alun-alun, hingga kawasan KINGS Shopping Centre. Pundingin juga mengajak naik ke balkon di puncak mal KINGS. Di sana, ia memotret deretan AC dari atas bak lanskap kota cyberpunk.
“Dulu, sebelum saya bisa pegang kamera, saya gambar manual pakai tangan, gambar fasad ruko yang ada AC-nya, mereknya apa, ukurannya seberapa. Ya corat-coret saja sih,” sambil mengucapkan itu tangganya sibuk memutar fokus lensa tele.
Seraya mengeluarkan brosur AC dari tas, ia bercerita punya mimpi museum AC di Indonesia. “Waktu kuliah saya sempat ngajuin beberapa proposal seminar, salah satunya branding AC, tapi ditolak. Padahal kalau dilihat, setiap merek AC punya stiker yang beda, atau bentuk pelindung kipasnya, lekukannya, beda. Itu kan sudah termasuk branding,” imbuh Pundingin yang ternyata lulusan S-1 Desain Komunikasi Visual.
Kepadanya, VICE mengajukan 10 pertanyaan menggali sosoknya yang anak AC banget.
VICE: Halo, Pundingin. Ceritain dong gimana awalnya kok bisa menggandrungi dunia AC?
Pundingin: Waktu saya masih kecil, baru mulai belajar baca-tulis, kok yang pertama kali saya coba baca itu brosur iklan-iklan AC. Ya sama ada elektronik lain juga sih, tapi memang AC menurut saya pas masih kecil itu bentuknya paling keren. Dulu lihat ada baling-baling dalam kotak besi dan muter tuh menarik banget.
Dari situ mulai interest, eh keterusan sampai sekarang. Mulai dari umur masih empat tahun, ya sekitar 2004 lah, saya sudah mulai ngapalin AC yang nempel di tembok rumahnya orang-orang. Sambil jalan-jalan lihat terus nebak itu AC mereknya apa. Minta difotoin bareng sama AC-nya kalau nemu yang bagus.
Malah saya tuh pas kecil pernah hilang. Bukan pernah lagi sih, sering. Kalau dihitung ada tujuh kali hilang. Jadi waktu itu liburan TK menjelang mau naik ke bangku SD, liburan ke Jepang kan. Nah, di sana kan AC-nya bagus-bagus. Lagi jalan sama orang tua, lihat AC sampai bengong, sampai enggak sadar kalau sudah ditinggal orang tua naik kereta atau melengos jalan terus. Ketinggalan, nangis bingung, mana belum ngerti bahasa Jepang. Saking fokusnya merhatiin AC jalanan sana. Untung polisi di sana gercep kan, jadi masih selamat, tapi tetap kena marah orang tua. “Kasih tahu atuh kalau mau lihat AC, jangan tiba-tiba ngilang.” Gitu.
Berarti sejak kecil orang tua juga sudah dukung kamu buat suka per-AC-an?
Iya, karena kebetulan ayah kan lulusan sekolah tinggi arsitek. Nah, sama ayah sering diajakin ke site proyek, lihat pasang AC itu kayak gimana, terus lihat tipe-tipenya. Suka saya fotoin, pas lagi ngoprek AC. Terus jadi hafal juga sama remote-nya, dengerin bunyinya kayak gimana, langsung bisa tanya ke kontraktornya, kenapa ini bentuknya kok beda sendiri? Ini tipe apa? Dulu tahun 2000-an juga masih jarang kan AC inverter.
Pernah enggak waktu kamu sudah gede terus dilibatin membantu proyek ayah?
Bantuin sampai ranah bikin Rencana Anggaran Biaya (RAB) mekanikal elektrikalnya, mulai ngitung berapa AC yang dibutuhkan, tipenya, butuh colokan berapa banyak, jumlah sakelar lampu, itu saya bantuin cari karena memang seru juga.
Ada berapa banyak foto AC yang sudah kamu arsipkan?
Wah, kayaknya enggak terhitung deh saking banyaknya. Dari kelas 1 SD saya sudah melek komputer, jadi semua hasil foto sehabis jalan-jalan pasti langsung saya pindah ke komputer sekalian browsing kalau dapat AC yang belum saya kenali.
Naik SMP punya laptop, eh laptopnya digondol orang, sedih pisan! Jadi ceritanya kakak saya pinjam laptop saya, dibawa sama dia, pas naik angkot diambil orang dong, kayaknya dihipnotis gitu lah. Pulang-pulang bengong, sudah raib semua barangnya. Hilang juga tuh arsip-arsip fotonya, wah enggak kebayang sedihnya.
Kadang sudah mulai capek foto-foto lagi, iseng browsing AC lagi, daripada kepikiran terus kan, eh enggak sengaja nemu forum yang bahas AC di Kaskus. Sampai ketemu forum teknisi AC, coba masuk, baca-baca, wah, dapat banyak ilmu baru, akhirnya pelan-pelan mulai semangat lagi hunting spot AC. Mulai yang dulu-dulu diingat-ingat lagi, disamperin lagi, foto lagi, ngumpulin, kadang juga di-share.
Dengan berburu AC langsung di lokasi tuh lebih ngena ya daripada browsing doang?
Betul banget. Sama kayak hunting foto pada umumnya, tapi yang membedakan itu jadi sekalian mengasah memori geolocation di kepala kita: di tempat ini AC-nya ini, di sana ada AC tipe apa. Mungkin enggak sampai hafal petanya percis, cuma pas lihat lokasinya, otomatis yang teringat AC-nya. “Oh ini yang ada AC ini nih.” Selain kepekaan sama geolocation, dasarnya memang suka jalan-jalan sih.
Contohnya kayak di kawasan kampus ITB, kalau orang kebanyakan kan ingatnya ini kampus negeri terkenal, gitu kan. Kalau ingatan yang nempel di kepala saya, perpustakaan ITB tuh gedung kampus pertama yang pakai AC sentral. Itu tahun ‘70-an, AC-nya didatangkan langsung dari Jepang, segelondong gede-gede. Meskipun sekarang AC-nya sudah mangkrak, tetap saja sejarah, masih ada tuh sampai sekarang bangkai AC-nya, ditaruh di samping gedung perpustakaannya, belum hilang.
Awal pertama kali kepikiran bikin fanbase/fandom AC di media sosial itu karena apa?
Saya ingat banget, itu bulan Februari tahun 2020, waktu masih kuliah. Awalnya karena kenalan sama satu akun Instagram. Dia ini sukanya otomotif, ID Instagramnya @wheelsaroundme. Dalam waktu dua tahun berhasil mengumpulkan sampai 18 ribu followers. Dari situ saya ikutan bikin juga deh, bahas AC, mumpung punya banyak stok foto AC juga, pakai caption bahasa Inggris sekalian latihan. Nama Instagram saya @pendinginudara. Kontennya nyeritain uniknya AC ini apa, kesamaannya apa. Terus, trivia kalau AC ini dulu sering ditemukan di rumah-rumah old money, atau AC di rumahnya artis ini. Ya, ngambil sumbernya dari berita, YouTube juga, dikumpulin, dicocokin. Ada unsur fun-nya lah biar bisa relate sama publik.
Kalau akun Twitter @pundingin itu baru tahun 2022, jadi awalnya mau pakai nama akun yang sama kayak Instagram @pendinginudara, tapi di Twitter sudah keduluan ada yang pakai, jadi tetap pakai nama “pendingin” tapi ejaan bahasa Jepang, “pundingin”. Hehe.
Awalnya bikin cuma untuk komunikasi sama orang-orang Jepang yang interest-nya sama soal AC saja. Lalau lihat postingan awal-awal akun pundingin itu isinya bahasa Jepang semua.
Kalau ramai banget itu, pertengahan akhir tahun 2023, semenjak berbalas cuitan dengan @wortelsoup dan mutualnya. Dari postingan foto-foto AC di depan kosannya. Wah, ini tahu semua nih tipenya. Iseng ikut reply, eh tahunya jadi banyak yang ikutan ngeposting foto AC.
Kalau impian bangun museum AC di Indonesia, seperti apa nanti konsepnya?
Somehow kalau ada modal, pengen deh ngumpulin AC tua yang masih tersisa, mau saya tawar saja, mau enggak saya barter sama AC yang baru, gitu. Saya selamatin yang tuanya, dikumpulin di satu zona gitu kan, dari yang jadul sampai yang terbaru, dari tiap brand dan tipenya, dijejerin. Jadi misi pribadi lah. Amin! Museum Air Conditioner!
Di Indonesia kan ada slogan “semua bisa diakalin”. Soal teknisi AC yang curang, menurutmu gimana?
Setahu saya, sekarang awareness pelanggannya sudah makin tinggi karena sekarang mulai diancam sama pabrikan. kalau pasangnya enggak benar, garansi hangus. Dari situ orang mulai searching cara menangani AC yang benar supaya garansinya aman, otomatis teknisi-teknisi yang enggak jujur mulai kehilangan pasar. Sertifikasi teknisi AC juga semakin ketat, dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) juga ketat. Saya coba ikut membantu lewat thread yang saya buat.
Pokoknya harus lebih aware, lebih waspada. Elektronik sekarang beda sama elektronik dulu, Contohnya smartphone sekarang saja ada planned obsolescence-nya, usang yang direncanakan oleh pabrikan, karena resource semakin terbatas. Harus extra aware agar investasi elektroniknya untung, bukan malah buntung.
Kebijakan pemasangan, pemakaian, dan perawatan AC di Indonesia itu idealnya seperti apa?
Mengadopsi prosedur pemasangan AC yang sesuai kaidah asli dari Jepang. Yang sepenuhnya ramah lingkungan, di kita tuh baru mau merintis. Kalau penggunaan, sebenarnya sudah umum sih, saya doakan semua orang bisa beralih ke AC inverter, karena AC konvensional membutuhkan energi lebih banyak, otomatis emisi karbon yang dihasilkan juga lebih banyak, sedangkan inverter memiliki kompresor dengan kecepatan variabel, jadi lebih hemat energi.
Kalau perawatan, contohnya seperti freon AC yang dibuang asal-asalan, itu akan merusak lingkungan, berdampak jadi polusi. Nah, di kita tuh belum ada upaya untuk meregulasi tempat penampungan pembuangan freon. Jadi membuang freon sembarangan masih jadi hal umum, karena belum ada perhatian khusus.
Sama kalau beli AC tuh bukan asal beli, nanti rusak lalu dibuang, beli yang baru lagi, padahal cara perawatannya ngawur. Nanti limbahnya gimana? Sudah saatnya merhatiin lingkungan.
Ada rencana untuk benar-benar terjun ke industri AC?
Iya euy. Sebenarnya kalau ada peluang sih saya pengen, tapi panggilan hati saya tetap desainer grafis. Kalau ada yang mau nge-hire saya buat desain AC, tapi itu kan desain produk ya, tapi saya pengen ngedesain grafisnya, atau UI/UX-nya. Kalau ada kesempatan saya pengen deh. Biar jadi lulusan DKV ITB yang bisa masuk ke industri AC. Wajar, anak FSRD kan aneh-aneh semua.