Perubahan iklim dapat memusnahkan lukisan gua yang sudah ada sejak puluhan ribu tahun lamanya. Beberapa bahkan telah mengelupas. Temuan ini diuraikan dalam Scientific Reports pekan lalu.
Tim peneliti dari Indonesia dan Griffith University di Australia membahas 11 gua batu kapur di pulau Sulawesi yang memiliki seni cadas Pleistosen. Lukisan tertua yang ditemukan di sana menggambarkan binatang dan ceplakan tangan.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, kristal garam bermunculan akibat pola cuaca ekstrem dan peningkatan suhu. Hal ini menyebabkan sejumlah lukisan mengelupas dari dinding gua.
Peneliti utama Jillian Huntley mengutarakan dalam situs berita Griffith University, seni cadas kuno mulai menghilang dan masalahnya akan semakin memburuk saat suhu global meningkat.
“Penelitian kami adalah contoh lain dampak perubahan iklim yang meluas,” Huntley selaku anggota Pusat Riset Sosial dan Budaya Griffith memberi tahu VICE World News melalui email.
“Kita harus segera bertindak untuk mengurangi pemanasan global. Sama seperti peristiwa iklim lain (seperti pemutihan karang Great Barrier Reef), dibutuhkan upaya global untuk melestarikan seni cadas,” lanjutnya.
Penelitian memperkirakan lukisan gua di daerah itu berusia antara 20.000-45.000 tahun. Lukisan yang ditemukan pada 2017 menggambarkan babi berkaki pendek dan berwarna kemerahan. Hewan tersebut tampak sedang berinteraksi atau berkelahi dengan dua ekor babi yang lebih kecil. Gambarnya tidak terlihat jelas karena telah mengalami pengelupasan.
Huntley juga menyoroti pentingnya meningkatkan sumber daya dalam upaya pelestarian. “Kita perlu mendokumentasikan seni cadas sedetail mungkin dengan resolusi tinggi untuk dijadikan catatan,” katanya.
Menurut penelitian, lukisan gua Sulawesi digadang-gadang “menyaingi” seni gua zaman es yang sudah terkenal di Eropa Barat. Ada lebih dari 300 gua di wilayah tersebut yang terdapat lukisan manusia purba di dalamnya.
“Penemuan seni gua mengungkapkan betapa majunya orang Sulawesi di masa lalu,” ujar peneliti Basran Burhan, dikutip situs resmi Griffith University. “Lukisan binatang yang detail, ceplakan tangan dan adegan naratif dari zaman kuno menunjukkan manusia sudah ada di sini selama puluhan ribu tahun.”
Follow Anthony Esguerra di .