Home Uncategorized Maaf Aktor Favorit Kalian Tak Benar-Benar Berotot di Film, Mayoritas Dipoles CGI

Maaf Aktor Favorit Kalian Tak Benar-Benar Berotot di Film, Mayoritas Dipoles CGI

698
0

Aktor Amerika Serikat berdarah India, Kumail Nanjiani, sedang menjadi pembicaraan netizen. Penyebabnya dia melatih tubuh untuk peran utama di film The Eternals yang digarap Marvel. Namun, tubuh Nanjiani di postingan Instagram pribadi dianggap sebagian netizen tidak terlalu mirip dengan beberapa cuplikan adegan yang memperlihatkannya jauh lebih kekar. Nanjiani bahkan sampai mengalami body shaming gara-gara isu tersebut.

Obrolan seputar Nanjiani ini lumayan problematis, mengingat kritikan serupa tidak dialami aktor macam Hugh Jackman atau bintang film superhero yang namanya diawali Chris (Evans sampai Hemsworth).

Padahal, menurut spesialis efek visual Hollywood, nyaris semua film yang menampilkan karakter kekar sebetulnya mendapat sentuhan efek komputer (CGI). Jadi, buat yang mengira aktor favoritnya olahraga sampai sangat kekar selama syuting, mohon maaf. Sebagian besar penampilan otot-otot tersebut hanya trik kamera.

Satu hal yang harus dipahami para penonton film. Aktor lelaki maupun perempuan pasti akan menambah bobot dan menjaga kebugaran bila film yang mereka bintangi masuk genre laga. Tapi, perkara kekekaran tubuh, itu bukan prasyarat utama. Bahkan di genre film superhero, tubuh kekar hampir pasti diakali karena otot Superman atau Wolverine tidak lazim dimiliki manusia biasa.

Liputan seputar trik CGI untuk membuat aktor nampak lebih kekar sudah berlimpah. Mashable pernah menerbitkan laporan mendalam soal isu ini pada 2014. Begitu pula feature yang tayang di Vulture pada 2016. CGI dalam industri film kontemporer tidak hanya dipakai dalam urusan menciptakan efek ledakan dan kerusakan kota akibat ulah monster. Wajah aktor favorit kalian pun tidak luput dari sentuhan CGI.

“Kami sudah biasa memperbesar ukuran otot aktor-aktor film,” kata salah satu artis efek visual saat diwawancarai Vulture. Bentuk tubuh Josh Brolin saat memerankan Thanos dan Cable, jelas semuanya efek visual. Begitu pula otot Chris Hemsworth kala menjadi Thor.

“Otot Chris Hemsworth sebenarnya sudah cukup mencolok dalam kondisi normal saat kami memintanya telanjang dada. Tapi untuk kebutuhan dramatisasi film, kami harus membuatnya jadi lebih kekar,” kata Phil Cramer, pakar animasi Hollywood yang terlibat beberapa proyek Marvel saat diwawancarai Cartoon Brew.

Bayangkan, cowok berotot kayak Chris Hemsworth saja dianggap kurang dramatis kekarnya. Jadi, bisa dibayangkan aktor yang ototnya ga sebesar si Chris atau Arnold Schwarzenegger semasa muda, mustahil diharapkan bisa jadi kekar seperti kemauan tim produksi.

Asumsi penonton bahwa semua aktor laga melatih otot muncul gara-gara beberapa perilaku aktor yang menerapkan metode method acting untuk memerankan tokoh tertentu. Misalnya Christian Bale yang berat badannya sering jadi kurus/gemuk saat membintangi film berbeda. Daniel Day-Lewis juga kerap menaikkan berat badan untuk peran-perannya. Tapi bila kita sedang bicara film laga, lebih-lebih superhero, kriteria otot yang dibutuhkan para sineas berbeda dari film drama dengan setting realistis.

Untungnya memang sudah ada komputer. Film laga, ataupun superhero, adalah realitas alternatif. Eskapisme dari dunia nyata. Syukurlah bila memang otot-otot tubuh kekar di film superhero favorit kita cuma editan komputer. Karena serem banget kalau ada aktor yang harus melatih otot sampai sekekar itu untuk sekadar menghibur para penonton.  

Follow Katie Way di Twitter.