Setiap orang punya tingkat “overshare”-nya sendiri di media sosial. Ada yang jarang muncul, tapi sekalinya upload malah untuk berkeluh kesah panjang lebar. Ada juga yang mengekspos semua yang terjadi dalam hidupnya. Para ibu-ibu, misalnya, terkenal hobi mengunggah lagi jalan-jalan ke mana, sedang makan apa, dan habis ngumpul bareng siapa di Facebook. Intinya, semua orang tahu apa saja kegiatan mereka hari itu.
Di sisi lain, bapak-bapak cenderung jarang punya medsos, entah karena gaptek atau enggak melihat pentingnya di mana. Sedangkan pada kalangan anak muda, aktivitas mereka di dunia maya cukup beragam tergantung pribadi mereka masing-masing.
Beberapa lelaki merasa harus update di Instagram setiap waktu. Seolah-olah semua orang wajib tahu betapa menggemaskan pacar mereka saat tidur, betapa romantisnya kencan mereka, atau betapa mesranya hubungan mereka. Sedangkan lainnya, hampir enggak pernah memamerkan cewek mereka di Instagram, padahal sering upload Instastory atau foto bareng teman-teman.
Kalau sudah seperti yang terakhir, biasanya pasangan mereka bakalan salah paham. Kenapa, sih, mereka enggak pernah mengunggah foto ceweknya sendiri? Sebenarnya ada apa? Apa ada yang ditutup-tutupi selama ini? Apakah mereka malu mengakuinya sebagai pacar? Atau jangan-jangan ada cewek lain dalam hidup mereka?
Padahal, alasan mereka sering kali tak seburuk itu.
Bagi sejumlah orang, mereka jarang memamerkan hubungan di medsos karena ingin mencegah rasa malu yang mungkin timbul jika seandainya putus dengan pasangan. “Sekarang saya sangat pilih-pilih saat ingin memposting foto bareng orang lain,” ungkap Franco, 26 tahun. Lelaki ini dulunya sangat buka-bukaan tentang hubungan percintaannya di Instagram.
“Coba bayangkan gimana perasaanmu jika kebanyakan orang yang muncul di postingan ternyata kayak ‘ular,’” imbuhnya. “Profil kalian mayoritas foto mantan, tapi kalian enggak sanggup buat menghapus semuanya.”
Franco ada benarnya. Selalu ada kemungkinan hubungan kalian dengan pacar tak lagi seindah dan semanis postingan kalian dulu. Ketika cinta kalian akhirnya kandas, melihat foto-foto berdua di masa lalu hanya akan memperdalam luka.
Bagi yang lain, mereka ingin menjaga privasi. “Saya saja jarang posting selfie, dan saya enggak akan berubah hanya karena punya cewek,” tutur Freddie, 18 tahun. “Sama seperti halnya dengan kehidupan pribadi, saya enggak melihat pentingnya memamerkan hubungan dengan mengunggah foto pacar.” Walaupun Freddie terdengar seperti bapak-bapak yang jarang main medsos, sikapnya mencerminkan opini banyak orang di luar sana. Tak perlulah kita memposting semua tentang diri kita dan pasangan ke internet.
Lain ceritanya dengan Joey, 23 tahun, dan pasangannya. Mereka berdua jarang upload selfie bareng karena terlalu menikmati kebersamaan mereka di dunia nyata. “Kami jarang foto-foto dan main hp saat kencan,” ujar Joey. “Foto adalah urusan belakangan.”
Sikap Joey bagus banget, lho. Kita semua bisa mencontohnya. Quality time dengan pacar akan lebih berarti, dan banyak kenangan indah yang dapat diciptakan jika kalian tak terpaku dengan gawai. Bukankah lebih bagus seperti ini daripada sibuk cari angle yang pas dan ujung-ujungnya ngambek karena kalian kelihatan gendutan di foto?
Psikolog sepakat memamerkan hubungan secara berlebihan di internet tak selalu menandakan hubungannya sempurna. Riset yang diterbitkan dalam buletin Personality and Social Psychology bahkan menunjukkan “visibilitas hubungan” yang lebih tinggi bisa menjadi tanda ada salah satu atau kedua belah pihak yang merasa tidak aman atau insecure dengan hubungan mereka. Sederhananya, pasangan yang hobi mengunggah foto berdua mungkin ingin membuktikan sesuatu.
Namun, jarang memamerkan foto pacar juga bisa menjadi tanda kalian memiliki gaya keterikatan menghindar alias suka lari dari perasaan. Alih-alih memberikan perhatian yang mungkin diinginkan pasangan, kalian justru menarik diri atau menghindar dari mereka.
Chris, 24 tahun, tampaknya memiliki gaya berpacaran seperti ini. “Saya mencintai pacar, tapi saya takut dengan gagasan harus sering memposting fotonya. Saya enggak mau dianggap sebagai setengah dari pasangan, bukan pribadi yang seutuhnya.”
Axel, 23 tahun, sependapat. “Saya jarang banget upload foto bersama pasangan. Kayaknya ini berasal dari kelemahanku. Saya enggak pernah bisa berhenti memikirkan kutipan ‘Love will get you killed’ dari film ‘Get Rich or Die Tryin.’”
Kesimpulannya, siapa pun berhak memilih ingin memamerkan hubungan di medsos atau enggak. Pacar jarang upload foto kita tak selamanya berarti mereka merahasiakan sesuatu. Lagi pula ada sisi positifnya dari kebiasaan ini. Kalian enggak perlu malu pernah memposting foto dengan caption “Happy anniversary yang ketiga bulan. Kamu satu-satunya buatku” ketika akhirnya putus juga.