Meski perekonomian Thailand sedang terpukul hebat akibat pandemi corona, pemerintah setempat mengambil langkah tegas untuk mendahulukan keselamatan warga. Salah satu sektor ekonomi andalan Thailand, yakni pariwisata, tidak akan dibuka selama angka penularan belum menurun. Negeri Gajah Putih mengumumkan belum akan menerima kunjungan turis asing hingga 2021.
Chattan Kunjara Na Ayudhya, Kepala Badan Promosi Pariwisata Thailand menyatakan kebijakan ini diambil, karena penularan Covid-19 di negara-negara Asia Tenggara lain justru bertambah. Indonesia, Vietnam, dan Filipina terus mencatatkan peningkatan kasus dan korban tewas sepanjang Juli hingga Agustus.
“Belum ada indikasi positif apapun yang membuat pemerintah Thailand berani membuka kembali sektor pariwisata untuk turis mancanegara tahun ini,” kata Chattan dalam semina virtual awal pekan ini. “Para pelaku industri harus melupakan kemungkinan bisa meraup sedikit keuntungan di momen libur Natal. Skenario yang lebih masuk akal adalah berharap wisman bisa berkunjung di momen libur Imlek 2021.”
Keputusan Thailand ini tentu tidak mudah, karena bakal memperburuk perekonomian yang sudah mengalami resesi sejak Mei lalu. Sektor pariwisata sepanjang tahun lalu menyumbang devisa senilai 1,93 triliun Baht (setara Rp917 miliar). Angka itu setara 12 persen produk domestik bruto (PDB) Thailand. Merujuk laporan Bangkok Post, jumlah turis asing sepanjang 2019 mencapai 39,8 juta, salah satu yang terbaik di Asia. Sebagai perbandingan, di periode yang sama saat belum ada pandemi, total wisatawan asing berkunjung ke Indonesia sebanyak 16,1 juta orang.
Chattan menilai, keputusan untuk tidak membuka dulu sektor unggulan mereka justru didukung oleh masyarakat. Banyak orang, termasuk pengelola industri pariwisata, yang khawatir penularan Covid-19 bakal memburuk ketika pemerintah bernafsu cepat membuka lagi pintu masuk untuk wisatawan asing.
“Karena kekhawatiran publik itulah, kami memilih untuk berhati-hati saja,” tandasnya.
Kebijakan Thailand ini terkesan berlawanan dengan tren di beberapa negara Asia lainnya yang buru-buru menghidupkan lagi pariwisata. Maladewa, Kamboja, dan Nepal, ambil contoh, mulai memperlonggar kebijakan imigrasi agar turis asing tak ragu berkunjung. Singapura dan Malaysia turut membuka lagi perbatasan awal Agustus 2020, untuk menormalisasi bisnis dan arus kunjungan warga kedua negara.
Indonesia sendiri mulai mengizinkan kembalinya geliat pariwisata di Bali dan Banyuwangi, khusus untuk turis lokal terlebih dulu. Selanjutnya, kunjungan turis asing bakal dibuka untuk Bali pada 11 September mendatang, seperti dicanangkan Gubernur I Wayan Koster, meski gagasan itu masih bisa batal.
Namun dari pantauan peneliti, keputusan Thailand untuk memprioritaskan kesehatan publik dibanding pariwisata mulai terbayar. Hingga 12 Agustus, pasien positif Covid-19 di Thailand masih terjaga di angka 3.356 kasus dengan 58 orang meninggal. Lebih dari dua bulan, tidak tercatat lagi penularan lokal di antara 69 juta penduduk Negeri Gajah Putih.
Alih-alih mengharap devisa turis mancanegara, Thailand kini serius menggenjot pariwisata domestik. Ada banyak insentif liburan untuk tenaga medis yang diberikan pemerintah Thailand, dengan harapan para pekerja RS mau berkunjung ke lokasi-lokasi yang selama ini terkesan eksklusif untuk wisatawan asing. Protokol kesehatan ketat juga diberlakukan di lokasi-lokasi wisata itu, yang mulai dibuka sejak awal Juli 2020. Total paket stimulus pariwisata itu mencapai 24 miliar Baht.
Hasilnya, turis lokal membanjir dan bisa menggantikan untuk sementara wisatawan asing. Beberapa pengelola hotel, saat diwawancarai CNN Travel, menyatakan tingkat okupansi kamar justru meningkat pesat berkat stimulus pemerintah yang mendorong turis dalam negeri berwisata.
“Permintaan kamar yang kami hadapi benar-benar di luar perkiraan setelah wisata domestik dibuka lagi,” kata Graham Ure, general manager hotel Anantara Hua Hin.