Home Uncategorized Nongkrong di Bandara Tanpa Harus Naik Pesawat Bakal Jadi Hobi Banyak Anak...

Nongkrong di Bandara Tanpa Harus Naik Pesawat Bakal Jadi Hobi Banyak Anak Muda

613
0
nongkrong-di-bandara-tanpa-harus-naik-pesawat-bakal-jadi-hobi-banyak-anak-muda

Saat membicarakan kebiasaan Gen Z, kita terbiasa menghubungkannya dengan teknologi — baik itu TikTok, YouTube maupun Clubhouse. Seolah-olah anak muda zaman sekarang adalah makhluk dua dimensi yang tidak memiliki kehidupan sosial, dan gadget merupakan satu-satunya teman mereka. Padahal, nyatanya tidak begitu.

Saya penasaran dengan apa saja yang dilakukan Gen Z selama proses pembuatan serial podcast tentang kehidupan anak remaja berjudul You Don’t Know Me. Saya ingin tahu seperti apa kesibukan mereka di luar rumah, saat mereka sedang tidak online.

Gambarannya agak suram — mereka menempati apa yang disebut “sisa-sisa budaya”. Kelab malam dan diskotek telah memudar daya tariknya. Isi dompet mereka pas-pasan, sedangkan ruang publik tak lagi ramah untuk anak remaja bersosialisasi.

Namun, ada satu tempat yang digilai anak muda — setidaknya remaja kurang mampu di Inggris — belakangan ini. Mereka sering mengunjungi bandara untuk mengisi waktu luang.

Pergi ke bandara untuk bersenang-senang telah menjadi aktivitas yang populer di kalangan anak muda Inggris. Tanpa mengeluarkan banyak uang, mereka bisa melakukan berbagai macam hal di bandara. Kebanyakan orang datang ke bandara bukan untuk melakukan kejahatan, sehingga pengunjung tak perlu khawatir keselamatan mereka terancam. Ditambah lagi, pengamanan di sana relatif sangat ketat.

Isabel, perempuan 17 tahun yang tinggal di pinggiran utara kota London, pergi ke Bandara Heathrow bersama teman-temannya setiap minggu. Mereka biasanya jalan di sore hari naik bus.

“Teman-temanku tidak punya cukup uang untuk pergi ke pub, kelab atau festival. Lagi pula, ada saja yang mengganggu kalau main di taman atau berjalan kaki. Kebanyakan pesta juga tidak ada bagusnya sama sekali. Di bandara, orangnya ramah-ramah dan suka mengobrol karena mereka sedang menunggu seseorang atau akan pergi ke suatu tempat. Petugas keamanan siap siaga jika hal buruk terjadi,” Isabel menceritakan alasannya. Dia lebih lanjut mengatakan, kemungkinan didekati laki-laki agresif relatif kecil, tak seperti kalau dia main di tempat umum lain bersama gengnya.

Hannah kenalan dengan pacarnya yang merupakan mahasiswa asal Jerman di bandara Heathrow. Dia sepemikiran dengan Isabel, sahabatnya. “Selama kalian tidak mencari masalah, orang-orang takkan memperhatikanmu. Kami mengonsumsi edible, biasanya cokelat truffle yang dicampur hash, sambil menikmati suasana di sana. Ada yang menarik dari bandara, serta sensasi anonim tersendiri di dalamnya. Kami pernah diusir sekali karena balapan troli di luar.”

Ketidaktertarikan Gen Z terhadap alkohol dan meningkatnya ketertarikan mereka pada halusinogen membuat tempat yang memberikan rangsangan sensoris lebih menarik. Bandara memberikan banyak stimulasi.

Yassir, 17 tahun, pindah ke Inggris dari Somalia saat masih kecil. Teman-teman dekatnya adalah para stoner yang sesekali mengonsumsi magic mushroom. Bandara Heathrow adalah tempat nongkrong favorit mereka karena murah dan gampang diakses.

“Ongkos ke Heathrow tidak mahal. Kalian cukup naik bus sekali, dan pengalamannya akan lebih menyenangkan saat nge-high. Sebagai orang Muslim berkulit gelap, saya tidak bisa main sesuka hati seperti cewek-cewek atau teman-temanku yang berkulit putih. Petugas keamanan akan bertingkah aneh,” terang Yassir. “Tapi kalian bisa menyaksikan pesawat terbang sambil minum milkshake dan ngobrol. Rasanya menyenangkan.”

Menurutnya, mereka merasa seperti berada di tempat lain selama di bandara. Kebanyakan Gen Z tidak bisa sering-sering bepergian atau berkendara jauh seperti generasi sebelumnya karena kantong mereka tipis — entah karena kurangnya pekerjaan yang tersedia untuk kelompok usia mereka ataupun keluarga mereka kesulitan ekonomi. Mereka sudah hidup kayak begini dari sebelum pandemi.

Saya bertanya-tanya apakah ini juga mendasari ketertarikan mereka pada bandara, bahwa mereka merasakan semacam kebebasan dan bisa pergi ke suatu tempat tanpa benar-benar bepergian? Setidaknya begitulah yang dirasakan Melissa, mahasiswi asal Amerika Serikat yang pindah ke Inggris saat berusia 13.

“Kami tidak punya ide mau pergi ke mana setelah pesta prom. Anak orang kaya mungkin akan menginap di hotel, jalan-jalan atau menyelenggarakan pesta di rumahnya. Kami tidak mungkin bisa melakukan itu, dan tidak punya mobil juga. Kami akhirnya pergi ke bandara terdekat, Gatwick, dan bersenang-senang di sana. Kami minum-minum dan merokok sepanjang perjalanan, dan mengamati pesawat sampai larut malam,” tutur perempuan yang sekarang berusia 19.

Saya lalu bertanya kepada mereka, apakah ada keinginan mengorganisasi kegiatannya secara online. Sebagian besar narasumber tidak tertarik dengan hal itu. Mereka main di bandara murni karena menyukai sensasi anonimitas dan ke-random-an dari aktivitas tersebut.

Seperti yang dijelaskan Melissa, “Kalian bertemu orang yang sudah dikenal sepanjang waktu, tapi saya menyukai keragaman. Kita bisa mengobrol dengan berbagai orang dari seluruh dunia. Kami kenalan dengan cowok asal Kanada yang datang untuk menemui pacarnya setelah setahun tidak bertemu. Mereka mengajak kami main ke rumahnya, dan menghabiskan malam yang menyenangkan di sana. Kalian tak akan melakukan itu dengan orang-orang di kelab malam. Pengunjung bandara datang untuk niat yang baik.”

Kehidupan sosial Gen Z di dunia nyata tak lagi seperti dulu. Mereka berpesta, bepergian naik kereta dan bus tanpa tujuan, mengelilingi mal dan bersantai di taman atau pantai, tapi semuanya dilakukan demi konten media sosial.

Keterhubungan dengan dunia maya pada akhirnya mengasingkan mereka. Internet membuat mereka merasa terhubung setiap waktu, padahal kenyataannya mereka sering kali sendirian baik secara fisik maupun psikologis.

Daya tarik bandara tampaknya berakar pada sesuatu yang sangat manusiawi: terhubung dengan orang-orang yang mengalami kejadian penting, seperti memulai hidup baru di negara lain, pulang ke kampung halaman, ingin berpetualang, menyambut atau berpisah dengan orang terdekat.

Tak ada tempat selain bandara yang membuatmu merasa terhubung dan terpisah pada saat bersamaan. Bukankah ini mencerminkan keberadaan Gen Z di dunia?