Otoritas Ekuador menggagalkan upaya penyelundupan nyaris sembilan ton kokain dalam kontainer pengangkut pisang yang hendak menuju Belgia.
Kepala Kepolisian Ekuador, Jenderal Fausto Salinas, menaksir paket kokain itu bernilai $330 juta (setara Rp5 triliun) jika berhasil sampai ke Eropa.
Ekuador telah menjadi rute penting penyelundupan narkoba selama satu dekade terakhir. Kokain yang berasal dari negara-negara Amerika Selatan, seperti Kolombia, Bolivia dan Peru, sudah pasti akan melewati pelabuhan Guayaquil di Ekuador saat menuju benua Eropa dan Amerika Serikat.
Sepanjang 2021 saja, total obat-obatan terlarang yang diamankan di negara tersebut mencapai lebih dari 200 juta ton, jumlahnya hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Menurut Laporan Narkoba Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2022, otoritas Ekuador menyita volume narkoba terbesar ketiga di dunia setelah Kolombia dan AS.
Saking banyaknya paket obat bius yang disita, otoritas setempat sampai kewalahan memusnahkan barang bukti. Alhasil mereka mengolahnya jadi bahan pembentuk beton karena mustahil membakar sejumlah besar barang sitaan dalam hitungan hari saja. Trik ini didukung oleh Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan.
Ekuador menyalahkan kartel Meksiko sebagai penyebab melonjaknya kasus kekerasan yang menyertai operasi penyitaan narkoba. Serangan yang dilancarkan Kartel Sinaloa dan Kartel Generasi Baru Jalisco ke Ekuador telah memicu perang narkoba sengit yang mengingatkan kembali sejarah kelam Meksiko.
Aksi brutal kartel narkoba, seperti kepala dan mayat dipajang di tengah jalan, mencoreng reputasi Ekuador sebagai negara paling damai di Amerika Latin. Tingkat pembunuhan di dalam negeri melonjak seiring meningkatnya teror geng-geng lokal yang bersatu dengan kartel Meksiko.