Pemilihan umum Amerika Serikat sudah berakhir, dan seluruh penduduk dunia kini menantikan hasil penghitungan suara, khususnya terkait pemilihan presiden. Donald Trump selaku petahana dan Joe Biden sama-sama mengklaim optimis menang, membuat situasi penuh ketidakpastian.
Di tengah situasi kalut macam ini, miliaran pasang mata penduduk Asia memantau dengan tekun perkembangan politik AS. Sebab, siapapun pemenang pemilu 2020 akan berpengaruh pada hubungan geopolitik dan perekonomian Asia. India, Indonesia, Filipina, Taiwan, Hong Kong, hingga Jepang semuanya akan mengalami efek hasil pemilu AS di tahun depan. Sebab, Biden dan Trump punya sikap yang amat berbeda soal cara merawat hubungan dengan Tiongkok, negara Asia yang kini semakin berpengaruh.
Saat artikel ini dilansir, Joe Biden dari Partai Demokrat masih unggul tipis, meraup 238 suara electoral college. Sementara Trump membuntuti dengan 213 suara. Sistem pemilu AS agak berbeda, karena tidak berdasar dukungan terbanyak, melainkan perwakilan negara bagian (electoral college) disusun sesuai proporsi penduduk, didasarkan pada calon yang unggul mayoritas suara di wilayah tersebut.
Trump, dalam jumpa pers, menilai pemilu tahun ini “dicurangi” dan siap menggugat ke Mahkamah Agung kalau sampai kalah. Sementara Biden di hadapan pendukungnya mengaku optimis menang, sekaligus meminta “semua pihak bersabar, hingga penghitungan suara berakhir.”
Penduduk India kebanyakan menjagokan Trump terpilih lagi. Survei menunjukkan, Trump disukai 56 persen responden India. Sebab mereka meyakini capres petahana dari Partai Republik itu sikapnya lebih keras terhadap Tiongkok. India dan Tiongkok terlibat ketegangan diplomatik selama sembilan bulan terakhir akibat konflik perbatasan.
Kelompok Hindu nasionalis India, contohnya Hindu Sena, bahkan menggelar upacara keagamaan untuk mendoakan kemenangan Trump. Ormas paramiliter ini punya pengikut 5 juta orang, lalu meminta anggota membuat upacara di wilayah masing-masing, memasang foto Trump bersama Perdana Menteri India Narendra Modi.
“India bisa melawan terorisme selama Trump menjabat, karena dengan adanya Trump, Tiongkok dan Pakistan tidak berani berbuat aneh-aneh dengan mendukung gerakan teror dalam negeri kami,” kata pemimpin Hindu Sena, Vishnu Gupta, saat diwawancarai news18.
Kondisi serupa terjadi di Hong Kong. Gerakan pro-demokrasi Hong Kong menganggap sikap liar Trump lebih menguntungkan mereka untuk menekan Beijing, dibanding Partai Demokrat yang cenderung moderat.
Adapun di Korea Selatan, Biden lebih difavoritkan. Sebagian penduduk Korsel kecewa karena Trump mencoba melunak pada rezim Korea Utara. Selain itu, bantuan militer AS ke Korsel berkurang drastis setelah Trump terpilih. Bahkan Trump minta Korsel membayar negaranya US$5 miliar sebagai balasan selama ini sudah dilindungi dari risiko serangan negara tetangganya.
Di Jepang, tak sampai separuh responden mengaku suka Trump, merujuk survei yang digelar Pew Research Center. Ini respons yang tak lazim, karena biasanya penduduk Jepang punya pandangan positif pada presiden AS dari partai manapun.
Warga Jepang sangat peduli pada masa depan perjanjian Trans-Pasifik (TPP) yang dulu pernah dijalin dengan AS, tapi kemudian dibatalkan sepihak Trump setelah terpilih. Penduduk Jepang berharap jika Biden menang, maka perdagangan multilateral akan diupayakan lagi oleh Negeri Paman Sam.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE News