Kepala Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) menyatakan negaranya sudah selangkah lebih jauh dari bangsa-bangsa lain dalam urusan meneliti Planet Venus. Ketika muncul temuan baru dari tim peneliti di Inggris bahwa lapisan udara planet itu berpotensi mendukung kehidupan, dia menyatakan bahwa Venus sah untuk dibilang sebagai “Planetnya Rusia”.
Pernyataan itu disampaikan Dmitry Rogozin, Kepala Roscosmos, dalam pameran dirgantara di Moskow dua hari lalu. Dia mengatakan, ilmuwan Uni Soviet, negara komunis yang akhirnya pecah dan melahirkan Rusia, sejak era 60’an sudah sukses mengirim misi tanpa awak ke Venus.
Menurut Rogozin, pesawat tanpa awak Soviet berhasil mendarat di permukaan Venus, yang panasnya mencapai 450 derajat celcius, membuat timah pun meleleh. Pesawat Soviet berhasil mengirim beberapa foto kembali ke Bumi, sebelum akhirnya rusak.
“Rusia masih menjadi negara pertama dan satu-satunya yang berhasil mendaratkan misi antariksa di Venus,” kata Rogozin. “Berdasarkan informasi yang dikirim pesawat tanpa awak itu, bisa dibilang permukaan Venus sudah seperti neraka.”
“Tapi, karena kesuksesan tersebut, bisa dibilang bahwa Venus adalah planetnya Rusia,” imbuh Rogozin seperti dilansir kantor berita TASS.
Venus, planet kedua di Tata Surya yang jaraknya relatif dekat dari Matahari, tidak banyak dikaji astronom sebagaimana Bulan atau Mars. Planet itu dianggap sulit mendukung kehidupan, lantaran panas dan udaranya dipenuhi karbon dioksida. Meski begitu, sejak lama ilmuwan menduga lapisan udara di jarak 50-an kilometer dari permukaan Venus dapat mendukung kehidupan karena suhunya menyerupai Bumi.
Tim peneliti dari Cardiff University, dipimpin astronom Jane Greaves, berhasil menemukan jejak fosfin dalam jumlah besar, molekul kimia yang biasanya dihasilkan oleh aktivitas mikrobakteri di Bumi. Belum ada bukti pasti bahwa ada kehidupan di lapisan udara Venus, namun setidaknya kemungkinan ke arah sana tersedia.
Tentu saja, Greaves dkk meminta semua pihak untuk tidak langsung menyimpulkan apapun, mengingat Venus harus lebih sering diteliti oleh komunitas akademik.
“Tentu kami juga pernah mendengar teori bahwa langit Venus bisa mendukung kehidupan. Namun dari data yang kami dapatkan, manusia bila bisa bertahan di sana kemungkinan besar akan selalu dehidrasi,” tulis laporan tersebut.
Rusia, merespons temuan ilmuwa Inggris, mengaku akan meneruskan keberhasilan Soviet dengan mengirim misi antariksa berikutnya ke Venus. Proyek itu diberi nama “Venera D”, yang dijalankan bersama NASA, lembaga antariksa Amerika Serikat. Misi ini akan fokus menjelajahi planet dewi cinta tersebut.
Roscosmos mengatakan tujuan Venera D adalah meneliti atmosfer Venus secara rinci, serta kandungan tanah di permukannya. Dari sana, ilmuwan ingin mencari tahu apa penyebab Venus di masa sekarang mengalami perubahan suhu amat drastis yang membuat planet tersebut sulit mendukung kehidupan.
Selain pemerintah, orang tajir Rusia juga tertarik mendanai proyek penelitian Venus. Miliarder Rusia, Yuri Milner, mengumumkan rencananya mendukung proyek penelitian lapisan udara Venus, dalam rangka mencari kemungkinan adanya kehidupan primitif di atas permukaan tanah planet tersebut.
Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard