“Yang pahit tidak selamanya pahit.”
Kalimat tersebut adalah sebuah filosofi yang cukup mendasar bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT). Secara turun temurun para nenek moyang masyarakat NTT hidup dan menurunkan filosofi ini, yang mengajarkan bahwa selalu ada sesuatu hal baik yang bisa kita peroleh dari setiap persoalan hidup yang kita alami, sekalipun yang kita alami adalah sesuatu yang buruk. Hal inilah yang dipegang oleh masyarakat NTT dari masa ke masa.
Tidak hanya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, filosofi tersebut juga diaplikasikan oleh masyarakat NTT dalam bentuk makanan, yaitu Sayur Rumpu Rampe. Pernahkah anda mendengar nama makanan tersebut? Sayur Rumpu Rampe adalah salah satu masakan tradisional dari NTT dengan bahan dasar sayuran yang tidak biasa dikonsumsi masyarakat di daerah lain seperti daun pepaya, buah pepaya mentah, bunga pepaya serta jantung pisang. Berawal dari Pulau Flores, masakan ini telah menyebar di seluruh daerah NTT dan menjadi catatan tersendiri dalam dunia kuliner NTT.
Kata Rumpu Rampe sendiri adalah sebuah istilah yang berarti ramai, banyak, dan beragam. Itulah mengapa masakan ini diberi nama Sayur Rumpu Rampe karena memiliki bahan dasar yang cukup beragam. Perpaduan rasa pahit dari daun, bunga, dan buah pepaya, jantung pisang serta sepatnya daun singkong dengan gurihnya udang rebon dan bahan lain yang tidak kalah banyak seperti cabai merah, cabai rawit dan tomat semakin mengokohkan nama Sayur Rumpu Rampe sebagai masakan dengan beragam bahan dan beragam rasa. Sekalipun memiliki bahan dasar yang cukup banyak dan beragam, Sayur Rumpu Rampe mudah untuk dibuat. Terdapat tiga langkah utama dalam membuat masakan ini. Bagian yang pertama adalah mengurangi rasa pahit yang terkandung dalam bunga pepaya, daun pepaya, buah pepaya serta jantung pisang dengan cara merebus sayuran tersebut hingga matang. Cara ini adalah yang paling lazim digunakan, namun rasa pahit sayuran tersebut lebih banyak berkurang apabila menggunakan cara kedua yaitu menaburkan garam sebanyak mungkin dalam sayuran yang sudah diiris, kemudian diperas airnya. Setelah itu sayuran tersebut dicuci dengan air bersih.
Bagian yang kedua adalah menyiapkan bumbu – bumbu pelengkap. Pedas adalah sesuatu yang paling dominan dalam setiap masakan di daerah Nusa Tenggara Timur, karena itulah Sayur Rumpu Rampe ini menggunakan dua jenis cabe sebagai pemberi rasa pedas, yaitu cabe merah besar dan cabe rawit. Selain itu tomat dan udang rebon (bisa digantikan dengan terasi) menjadi bahan penetral antara rasa pahit dan pedas dari bahan – bahan yang lainnya. Setelah bahan – bahan tersebut tersiapkan, maka langkah yang terakhir adalah menumis dengan menggunakan minyak goreng serta bawang merah dan bawang putih. Tidak lupa garam beserta sedikit penyedap rasa sesuai selera. Proses menumis tidak memakan waktu yang cukup lama, hanya berkisar antara 5 – 7 menit maka sepiring besar sayur rumpu rampe tersedia di atas meja.
Akan terasa nikmat apabila Sayur Rumpu Rampe dinikmati selagi masih hangat, Umumnya Sayur Rumpu Rampe disantap dengan Jagung Bose, salah satu makanan tradisional NTT yang merupakan makanan pokok masyarakat daerah tersebut juga sambal Lu’at .Namun tidak ada salahnya juga bila sayur ini disantap dengan nasi putih. Kenikmatan yang diperoleh tetap sama.
Sayur Rumpu Rampe menjadi salah satu masakan favorit dari NTT sebab makanan ini memberikan kesan yang berbeda dari makanan – makanan lainnya, baik itu dari segi bahan, rasa, dan makna yang terkandung dalam masakan tersebut. filosofi yang terkandung dalam Sayur Rumpu Rampe menjadi cerita tersendiri bagi orang – orang NTT yang sejak kecil telah terbiasa hidup dalam balutan filosofi bijak nenek moyang. Terlebih kepada orang – orang asal NTT yang tidak lagi tinggal di daerah tersebut. ada kerinduan tersendiri setiap kali menyantap masakan ini, seolah menjadi bait – bait cerita tentang kerinduan akan kampung halaman dan kenangan yang mendalam tentang daerah tercinta.
Siapa bisa menyangka bahwa sebuah makanan dengan bahan sederhana, dibuat dengan cara yang sederhana dan tradisional namun memiliki pesan yang mendalam? Siapa bisa memberi contoh lain bahwa budaya modern juga memberikan pesan moral dengan cara yang sama, tentang filosofi hidup lewat makanan.
Sayur Rumpu Rampe adalah sebuah bentuk dari pelestarian budaya masyarakat Nusa Tenggara Timur. Lewat masakan yang terbuat dari bahan yang pahit dan tidak biasa seolah merepresentasikan kondisi alam NTT itu sendiri. Gersang, keras, seolah tidak memberikan keuntungan apa – apa. Namun ketika orang yang hidup didalamnya mampu bertahan dan mengolah segala ‘kepahitan’ secara kreatif, maka hal yang baik akan muncul sebagai ganjaran. Masyarakat NTT percaya bahwa tidak semua hal baik harus berasal dari hal yang baik pula. Terkadang kita perlu belajar dari hal yang buruk.
“Yang pahit tidak selamanya pahit.”