Sudah berapa kali kamu menggunakan so-called jokes bapak-bapak sebagai pemecah kecanggungan?
Di balik tugasnya membuat suasana cair, genre komedi satu ini pernah mengalami masa kurang mendapat apresiasi yang layak. Becanda rada maksa, dibilang jokes bapak-bapak. Enggak lucu dikit, dibilang jokes bapak-bapak. Eksistensinya seolah hanya label tanpa konteks untuk meredam niat melucu seseorang. Gara-gara takut dibilang cringe, potensi hiburan bisa hilang tanpa disadari.
Beruntung, beberapa tahun ini jokes bapak-bapak seolah mendapatkan tempatnya kembali di hati masyarakat (mRasa beRsyUqur xixixi~). Kebangkitan ini tidak lepas dari peran internet dan berbagai sumber lelucon bapak-bapak yang terkenal seperti grup Facebook Menjadi Bapak-Bapak: Bagian Pengantar atau akun Instagram Bapak2ID yang mempopulerkan lelucon bapak-bapak lewat konsep audio-teks.
Kepopuleran genre ini bisa dipahami. Lelucon bapak-bapak termasuk komedi ringan, membuatnya bisa diterima khalayak luas sebab enggak perlu “pintar” dulu baru bisa ngerti. Topiknya juga sehari-hari, kerap berbau seksual, serta bukan isu segmented yang butuh referensi. Dari segi bentuk, kamu mungkin enggak menyangka jokes bapak-bapak juga mengikuti tren infografik.
Sama seperti lelucon lain, jokes bapak-bapak juga bermain plot twist dalam punchline atau penutupnya, membuat kita lebih pengin marah daripada tertawa. Ya gimana… harus diakui leluconnya kadang enggak lucu-lucu banget. Tapi kok tetap memberi dampak hiburan ke segala umur ya?
Sebagai apresiasi pada genre humor ini, kami mencoba membedah struktur umum dalam becandaan bapak-bapak. Anggap aja ini tahap paling permulaan untuk mulai menghargai pria setengah baya di sekitar kita yang sudah berniat baik ingin menyegarkan suasana. Tambah lagi kami sudah pernah menulis, kesepian kerap jadi latar belakang orang tua caper di media sosial. So, please be kind, kids!
Lelucon singkat satu kalimat
Strukturnya membuat lelucon jenis ini hemat waktu. Pendek, singkat, dan jelas maksudnya. Premis dan punchline digabung dalam satu kalimat, diperkuat cerita random kehidupan rumah tangga yang, jujur saja, kita enggak peduli mau benar apa bohong.
Contoh di atas memperlihatkan bagaimana pengalaman hidup jadi senjata utama. Udah hidup lebih lama, tentu bapak-bapak punya stok melimpah berbagai pengalaman absurd.
Contoh di atas membuat kita bertanya-tanya sambil emosi. Kenapa dia dinamai biawak? Kenapa si Bapak iseng ngecekin nama kontak di hape istrinya satu-satu? Kenapa yang bernama biawak kemudian ia telepon? Kenapa?
Kebingungan ini membuat kita pasrah, dan semoga tergelitik.
Hehehe.
Hehe.
He.
Jokes tebak-tebakan
Mari pukul rata, mungkin sudah sekitar lima tahun terakhir tebak-tebakan ngehits lagi di Indonesia, berbarengan dengan pantun dan gombalan “Bapak kamu kerjanya xxx ya?” Dalam kasus tebakan khas bapak-bapak, materi yang aslinya udah ngeselin dibungkus sedemikian rupa biar meninggalkan jejak emosional di benak pembaca.
Contoh di atas misalnya, penggunaan huruf besar dan kecil dipakai sembarangan selayaknya remaja 2000-an yang baru pegang ponsel. Bikin mata kita perih campur nostalgia. Di akhir lelucon, dan ini biasa terjadi pada banyak lelucon bapak-bapak, ditulis kalimat justifikasi “xixixi ngakak abis” demi melegitimasi kadar kelucuan.
Di bagian ini jokes bapak-bapak memberi kita satu pelajaran moral. Bahwasanya yang terpenting dari melawak adalah menghibur diri sendiri.
Infografik low budget
Kehadiran lelucon infografik membuktikan bahwa bapak-bapak turut mengikuti perkembangan zaman. Kata praktisi Marketing Krista Neher, otak manusia disebut bisa memproses gambar 60 ribu kali lebih cepat dibanding kata-kata. Enggak heran lelucon bapak-bapak jenis infografik muncul demi memberikan kepuasan maksimal kepada penikmat.
Yaaa… meski di dua contoh barusan masih lebih banyak kata-katanya sih dibanding gambar. Setidaknya upaya ini krusial sebagai langkah awal bapak-bapak beradaptasi dengan masa depan. Lagian, ngeliat editan gambarnya aja lebih bikin ngakak dibanding punchline-nya.
Akhir kata, semakin meleknya bapak-bapak sama internet membuka kemungkinan perkembangan jokes bapak-bapak semakin tidak terbatas.
Saran saya, setiap melihat lelucon genre ini di internet atau grup WhatsApp, luangkan waktu melihat kolom komentarnya. Respons netizen terhadap konten kadang menambah, atau bahkan lebih lucu, dibanding materi konten.
What a time to be alive.